• Berkembangnya urbanisasi
Berkembangnya industrialisasi telah menimbulkan kota-kota dan pusat-pusat keramaian yang baru. Oleh karena kota dengan kegiatan industrinya tampaknya menjanjikan kehidupan yang lebih layak maka banyak petani desa pergi ke kota untuk mendapatkan pekerjaan, belum lagi tindak-tanduk para tuan tanah di pelosok desa, yang secara membabi buta membeli tanah-tanah secara paksa dari para petani demi melegitimasi hegemoninya atas masyarakat kecil. Hal ini mengakibatkan terabaikannya atau bahkan ditinggalkanya usaha kegiatan pertanian oleh masyarakat.
• Munculnya golongan pengusaha dan golongan buruh
Di dalam kegiatan industrialisasi dikenal adanya kelompok pekerja (buruh) dan kelompok pengusaha (majikan) yang memiliki industri atau pabrik. Dengan demikian, dalam masyarakat timbul golongan baru, yakni golongan pengusaha (kaum kapitalis) yang hidup penuh kemewahan dan golongan buruh (proletar) yang hidup dalam kemiskinan.
• Upah buruh rendah
Akibat makin meningkatnya arus urbanisasi ke kota-kota industri maka jumlah tenaga makin melimpah. Sementara itu, pabrik-pabrik banyak yang menggunakan metode produksi padat modal dimana lebih banyak menggunakan tenaga mesin dalam proses produksinya dengan semangat efektifitas & efisiensi. Dengan demikian, penggunaan tenaga kerjapun semakin minim, kondisi ini berakibat pada upah tenaga kerja menjadi murah. Selain itu, jaminan sosial pun kurang sehingga kehidupan mereka menjadi susah. Bahkan, para pengusaha banyak memilih tenaga buruh wanita dan anak-anak yang upahnya lebih murah.
• Adanya kesenjangan antara majikan dan buruh
Munculnya golongan pengusaha yang hidup mewah, jauh dari kata kekurangan dan satu pihak, sedangkan di pihak lain adanya golongan buruh yang hidup menderita, dimana buruh dan majikan pada dasarnya mempunyai suatu keterikatan yang tidak dapat dikoptasikan. Majikan menyediakan barang-barang yang akan diproduksi oleh buruh, dan buruh lah yang menciptakan nilai lebih atas barang tersebut, dan atas jasanya maka buruh diberikan suatu tanda jasa atas usahanya, yang selanjutnya disebut upah, upah tersebut haruslah sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh si buruh itu tadi demi usaha memperbaiki nasibnya. Namun dalam realitanya buruh diperlakukan layaknya sapi perah, mereka hanya di peras tenaganya demi menciptakan keuntungan korporasi, namun hasil yang mereka peroleh sangat jauh dari kata layak, layak untuk dapat memperbaiki kondis ekonomi mereka, hal tersebut berakibat pada kehidupan buruh tersebut, mau ataupun tidak mau mereka akan selalu berkutat dengan penderitaan selama masa hidupnya, hal tersebut sangat kontras dengan para majikan yang tiap detiknya menikmati begitu banyaknya keuntungan atas hasil kerja buruh. Pada akhirnya kondisi tersebut menimbulkan kesenjangan antara majikan dan buruh. Kondisi seperti ini, sering menimbulkan ketegangan-ketegangan yang diikuti dengan pemogokan kerja untuk menuntut perbaikan nasib para kaum buruh. Pada hakekatnya antara Majikan dan buruh merupakan manusia yang sama antara satu sama lain, manusia yang mempunyai derajat yang sama, manusia yang sama-sama mempunyai kewajiban menciptakan peradaban yang lebih baik.
• Makin kuatnya sifat individualisme dan menipisnya rasa solidaritas. Dengan adanya Revolusi Industri sifat individualitas makin kuat karena terpengaruh oleh sistem ekonomi industri yang serba uang. Sebaliknya, makin menipisnya rasa solidaritas dan kekeluargaan. Secara implisit paradigma masyarakat yang pada hekakatnya mahluk sosial berubah orientasi menjadi zoon economic
Berkembangnya industrialisasi telah menimbulkan kota-kota dan pusat-pusat keramaian yang baru. Oleh karena kota dengan kegiatan industrinya tampaknya menjanjikan kehidupan yang lebih layak maka banyak petani desa pergi ke kota untuk mendapatkan pekerjaan, belum lagi tindak-tanduk para tuan tanah di pelosok desa, yang secara membabi buta membeli tanah-tanah secara paksa dari para petani demi melegitimasi hegemoninya atas masyarakat kecil. Hal ini mengakibatkan terabaikannya atau bahkan ditinggalkanya usaha kegiatan pertanian oleh masyarakat.
• Munculnya golongan pengusaha dan golongan buruh
Di dalam kegiatan industrialisasi dikenal adanya kelompok pekerja (buruh) dan kelompok pengusaha (majikan) yang memiliki industri atau pabrik. Dengan demikian, dalam masyarakat timbul golongan baru, yakni golongan pengusaha (kaum kapitalis) yang hidup penuh kemewahan dan golongan buruh (proletar) yang hidup dalam kemiskinan.
• Upah buruh rendah
Akibat makin meningkatnya arus urbanisasi ke kota-kota industri maka jumlah tenaga makin melimpah. Sementara itu, pabrik-pabrik banyak yang menggunakan metode produksi padat modal dimana lebih banyak menggunakan tenaga mesin dalam proses produksinya dengan semangat efektifitas & efisiensi. Dengan demikian, penggunaan tenaga kerjapun semakin minim, kondisi ini berakibat pada upah tenaga kerja menjadi murah. Selain itu, jaminan sosial pun kurang sehingga kehidupan mereka menjadi susah. Bahkan, para pengusaha banyak memilih tenaga buruh wanita dan anak-anak yang upahnya lebih murah.
• Adanya kesenjangan antara majikan dan buruh
Munculnya golongan pengusaha yang hidup mewah, jauh dari kata kekurangan dan satu pihak, sedangkan di pihak lain adanya golongan buruh yang hidup menderita, dimana buruh dan majikan pada dasarnya mempunyai suatu keterikatan yang tidak dapat dikoptasikan. Majikan menyediakan barang-barang yang akan diproduksi oleh buruh, dan buruh lah yang menciptakan nilai lebih atas barang tersebut, dan atas jasanya maka buruh diberikan suatu tanda jasa atas usahanya, yang selanjutnya disebut upah, upah tersebut haruslah sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh si buruh itu tadi demi usaha memperbaiki nasibnya. Namun dalam realitanya buruh diperlakukan layaknya sapi perah, mereka hanya di peras tenaganya demi menciptakan keuntungan korporasi, namun hasil yang mereka peroleh sangat jauh dari kata layak, layak untuk dapat memperbaiki kondis ekonomi mereka, hal tersebut berakibat pada kehidupan buruh tersebut, mau ataupun tidak mau mereka akan selalu berkutat dengan penderitaan selama masa hidupnya, hal tersebut sangat kontras dengan para majikan yang tiap detiknya menikmati begitu banyaknya keuntungan atas hasil kerja buruh. Pada akhirnya kondisi tersebut menimbulkan kesenjangan antara majikan dan buruh. Kondisi seperti ini, sering menimbulkan ketegangan-ketegangan yang diikuti dengan pemogokan kerja untuk menuntut perbaikan nasib para kaum buruh. Pada hakekatnya antara Majikan dan buruh merupakan manusia yang sama antara satu sama lain, manusia yang mempunyai derajat yang sama, manusia yang sama-sama mempunyai kewajiban menciptakan peradaban yang lebih baik.
• Makin kuatnya sifat individualisme dan menipisnya rasa solidaritas. Dengan adanya Revolusi Industri sifat individualitas makin kuat karena terpengaruh oleh sistem ekonomi industri yang serba uang. Sebaliknya, makin menipisnya rasa solidaritas dan kekeluargaan. Secara implisit paradigma masyarakat yang pada hekakatnya mahluk sosial berubah orientasi menjadi zoon economic
0 komentar:
Posting Komentar