Bagaimanakah karakter manusia itu

perilaku manusia

       Manusia? ? ? Pada dasarnya manusia memiliki dua susunan karakter, yaitu karakter inderawi/lahiriah dan karakter rasional. Dengan karakter lahirnya ini manusia sama dengan mahluk-mahluk lainnya. Manusia saling terikat dengan alam yang diwarisinya dan tidak dapat melepaskan dirinya dari ikatannya yang mengharuskannya tunduk terhadap hukum alam,  terikat oleh pengaruh-pengaruh material yang melingkupinya. Namun dengan karakter rasionalnya manusia tidak tunduk dengan hukum alam, dikarenakan berafiliasi dengan alam lain yang disebut alam hakikat, yakni alam yang bukan seperti tampak pada alam nyata-inderawi lahiriah.

        Menurut kant, manusia merupakan mahluk etis, bukan dalam dimensi mahluk yang berkapasitas sebagai mahluk alami namun sebagai mahluk yang merdeka dari ikatan-ikatan inderawi dan berakal bebas. Dengan kemerdekaan ini, manusia berada pada status paling tinggi dan menjadi sifat karakter intelektualnya. Manusia dapat membedakan mana yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk , kemudian memilih dari penilaiannya tersebut. Dengan demikian manusia dapat mengetahui dan melakukan apa yang wajib ia kerjakan sebagai mahluk yang berakal, merdeka ataupun mahluk yang berkehendak bebas. 

       Di sini berarti perilaku moral manusia bukan berasal dari tabiat inderawi kita namun berasal dri tabiat kita sebagai mahluk yang berakal dan berkehendak bebas. Terkadang banyak yang orang mempertanyakan mengenai kewajiban, bukannya kewajiban itu merupakan sesuatu yang mengekang kemerdekaan kita? Dengan begitu maka hancurlah prinsip dasar etika Kant. Namun pendapat tersebut batal apabila kita mengetahui bahwa dengan kesempurnaan kemerdekaannya tersebut, manusia memilih apa yang akan dilakukannya sesuai dengan tabiat intelektualnya dan kehendak merdekanya. Jadi manusia memilih kewajiban ini sesuai dengan tabiat rasionalnya, sehingga kewajiban merupakan ungkapan dari kehendak bebasnya dan bukan pembelengguan terhadap kemerdekaan. Dengan begitu kewajiban menjadi entitas bagi tabiat rasionalnya dan menjadi kaidah umum bagi kemanusiaan secara universal. 
Seperti tiga formula yang di ungkapkan oleh Kant ;

1.   Berbuatlah sesuai dengan kaidah, dimana pada saat yang sama , anda bisa menjadikannya sebagai undang-undang umum.

2.      Berbuatlah selalu dengan menjadikan perilaku kemanusiaan yang tercermin dalam diri anda, atau pribadi orang lain sebagai suatu tujuan dan jangan anda memperlakukannya semata-mata sebagai sarana untuk merealisasikan tujuan lain.

3.   Berbuatlah dengan menjadikan kehendakmu konsisten dengan hukum yang melegalisasikan kaidah universal bagi manusia.

Hal diatas merupakan pengarah kepada realisasi tujuan yang ideal bagi setiap manusia, yaitu penghormatan terhadap dimensi kemanusiaan. Kant menyebut kehendak merdeka yang dibimbing oleh akal dengan sebutan akal praktis. Dengan tegas yang berarti ia adalah akal yang mengatur perilaku praktis kita sesuai dengan kewajiban terhadap dirinya, dan bukan sesuai dengan tujuan lain yang ingin kita wujudkan.

Jika manusia hidup sesuai dengan tabiat lahiriah dan rasionalnya maka perilakunya harus berdasarkan keseimbangan antara tuntutan inderawi dan akal yang selalu tunduk pada formulasi universal yang menjunjung tujuan tertinggi kemanusiaan dan kehendak merdeka yang rasional. Jadi ketika ingin mewujudkan kebahagiaan manusia seperti yang juga di ungkapkan oleh Descartes, maka kita harus menjaga antara keutamaan dan kebahagiaan, mencari sumber-sumber  untuk mencapai kebahagiaan, yakni dengan kehendak dan akal sebagai pilar keutamaan dan yang pada akhirnya menuju kebahagiaan hakiki, kebahagiaan spiritual tertinggi yang melebihi kebahagiaan particular, seperti kebahagiaan inderawi ataupun kenikmatan individual.

Read More

Implikasi negatif Industrialisasi

•    Berkembangnya urbanisasi
Berkembangnya industrialisasi telah menimbulkan kota-kota dan pusat-pusat keramaian yang baru. Oleh karena kota dengan kegiatan industrinya tampaknya menjanjikan kehidupan yang lebih layak maka banyak petani desa pergi ke kota untuk mendapatkan pekerjaan, belum lagi tindak-tanduk para tuan tanah di pelosok desa, yang secara membabi buta membeli tanah-tanah secara paksa dari para petani demi melegitimasi hegemoninya atas masyarakat kecil. Hal ini mengakibatkan terabaikannya atau bahkan ditinggalkanya usaha kegiatan pertanian oleh masyarakat.
•    Munculnya golongan pengusaha dan golongan buruh
Di dalam kegiatan industrialisasi dikenal adanya kelompok pekerja (buruh) dan kelompok pengusaha (majikan) yang memiliki industri atau pabrik. Dengan demikian, dalam masyarakat timbul golongan baru, yakni golongan pengusaha (kaum kapitalis) yang hidup penuh kemewahan dan golongan buruh (proletar) yang hidup dalam kemiskinan.
•    Upah buruh rendah
Akibat makin meningkatnya arus urbanisasi ke kota-kota industri maka jumlah tenaga makin melimpah. Sementara itu, pabrik-pabrik banyak yang menggunakan metode produksi padat modal dimana lebih banyak menggunakan tenaga mesin dalam proses produksinya dengan semangat efektifitas & efisiensi. Dengan demikian, penggunaan tenaga kerjapun semakin minim, kondisi ini berakibat pada upah tenaga kerja menjadi murah. Selain itu, jaminan sosial pun kurang sehingga kehidupan mereka menjadi susah. Bahkan, para pengusaha banyak memilih tenaga buruh wanita dan anak-anak yang upahnya lebih murah.
•    Adanya kesenjangan antara majikan dan buruh
Munculnya golongan pengusaha yang hidup mewah, jauh dari kata kekurangan dan satu pihak, sedangkan di pihak lain adanya golongan buruh yang hidup menderita, dimana buruh dan majikan pada dasarnya mempunyai suatu keterikatan yang tidak dapat dikoptasikan. Majikan menyediakan barang-barang yang akan diproduksi oleh buruh, dan buruh lah yang menciptakan nilai lebih atas barang tersebut, dan atas jasanya maka buruh diberikan suatu tanda jasa atas usahanya, yang selanjutnya disebut upah, upah tersebut haruslah sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh si buruh itu tadi demi usaha memperbaiki nasibnya. Namun dalam realitanya buruh diperlakukan layaknya sapi perah, mereka hanya di peras tenaganya demi menciptakan keuntungan korporasi, namun hasil yang mereka peroleh sangat jauh dari kata layak, layak untuk dapat memperbaiki kondis ekonomi mereka, hal tersebut berakibat pada kehidupan buruh tersebut, mau ataupun tidak mau mereka akan selalu berkutat dengan penderitaan selama masa hidupnya, hal tersebut sangat kontras dengan para majikan yang tiap detiknya menikmati begitu banyaknya keuntungan atas hasil kerja buruh.  Pada akhirnya kondisi tersebut menimbulkan kesenjangan antara majikan dan buruh. Kondisi seperti ini, sering menimbulkan ketegangan-ketegangan yang diikuti dengan pemogokan kerja untuk menuntut perbaikan nasib para kaum buruh. Pada hakekatnya antara Majikan dan buruh merupakan manusia yang sama antara satu sama lain, manusia yang mempunyai derajat yang sama, manusia yang sama-sama mempunyai kewajiban menciptakan peradaban yang lebih baik.
•    Makin kuatnya sifat individualisme dan menipisnya rasa solidaritas. Dengan adanya Revolusi Industri sifat individualitas makin kuat karena terpengaruh oleh sistem ekonomi industri yang serba uang. Sebaliknya, makin menipisnya rasa solidaritas dan kekeluargaan. Secara implisit paradigma masyarakat yang pada hekakatnya mahluk sosial berubah orientasi menjadi zoon economic
Read More

Value Kosmis


Kesadaran kosmis adalah puncak tertinggi dari nilai filsafat manusia yang dapat di terjemahkan dalam ruang dan waktu, karena dengan kesadaran kosmis kita dapat melihat atau menilai prilaku manusia yang mempunyai nilai-nilai positif atau sebaliknya, sederhananya prilaku adalah representasi dari pemikiran, jika seseorang yang memahami didalam kerangka berpikirnya tentang kesadaran kosmis tetapi prilakunya tidak sesuai dengan nilai-nilai kosmis, maka mereka adalah orang-orang yang paradoks, atau mereka adalah seseorang yang tidak mempunyai garis keseimbangan didalam kesusilaan jiwa dan jasadnya, karena sebuah garis penyeimbang yang membuat kehidupan manusia menjadi “stabil”. 
    Garis penyeimbang akan semakin tertampilkan didalam kehidupan jika manusia tersebut dapat merelasikan nilai didalam pola pikirnya yang diejawantahkan kedalam pola tindaknya, jadi titik tekan untuk kesadaran kosmis ini adalah kesinergisan antara pola pikir dan pola tindak manusia. Dan ada beberapa pendeskripsian berbeda tenttang kesadaran kosmis, dua pendeskripsian yang berbeda ini tidak mengurangi kualitas value kosmis, seperti kesadaran kosmis adalah kesadaran yang paling hakiki dan terfokus kepada garis penyeimbang kehidupan,
Contoh :    1. jangan pernah mengotori secret jika tidak mau membersihkan secret
.
                 2. jangan pernah berkata tentang kebenaran jika tidak mau
                       melakukan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai kebenaran.

                 3. Jangan pernah menyatakan sebagai organisatoris jika tidak mempunyai
                     rasa mencintai terhadap organisasi.

                 4. Jangan pernah mengatakan suka dalam hidup berkelompok jika fakta
                     hidupnya tidak menghargai orang lain.

    Inilah 5 contoh yang mewakilkan tentang pendeskripsian kesadaran kosmis. Dan jika kita lihat pada abad 20 kebawah, banyak filsuf atau ilmuwan yang menjadi sukses bukan hanya semata-mata dapat menciptakan ilmu pengetahuan baru, tetapi mereka dapat memahami tentang kesadaran kosmis dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai kosmis, sehingga banyak masyarakat pada saat itu yang mempercayai karena melihat prilaku filsuf atau ilmuwan tersebut yang sesuai dengan kearifan dan bijaksana,  menjadikan buah ilmunya sebagai obat untuk memudahkan kehidupan masyarakat. Karena hampir setiap orang mempunyai stigma memakai hukum perbandingan (Melihat kualitas pernyataannya dan dibandingkan dengan prilakunya). Sekali lagi penulis menyatakan kesadaran kosmis dapat di nilai dari prilakunya bukan dari keradikalan pemikiran seseorang.
Read More