LOGIKA MISTIKA

galih susanto


Peradaban kuno yang paling lama pada abad 6000-8000 sm yaitu negara egypte atau yang kita kenal sekarang mesir, sudah memikirkan asalnya dunia sampai pada kesimpulan bahwa dunia ini dikendalikan oleh maha dewa rah (sebutan Tan Malaka), walaupun diluar peradaban egypte seperti Yunani dan Tunishia juga pernah memikirkan tentang asal penciptaan dunia dan makhluk-makhluk lainnya.
Para pemikir yang dikenal ada jaman politeisme banyak yang menggunakan logika berdasarkan hati nurani, dengan perkasanya maha dewa rah, dia dapat menciptakan apa saja, dengan firmannya berbunyi ptah munculah bumi, langit, bintang, sungai nil. Jadi rohanilah yang pertama dan zatlah yang kedua, zat ini berasal dari rohani.bukan sebaliknya, rohani berasal dari zat. Singkatnya maha dewa rah itu terkuasa tidak takluk kepada zat dan waktu.
•    Zat/ Materi berasal dari Rohani/ Kodrat : Politeisme
•    Rohani/Kodrat berasal dari Zat/Materi :  Ilmu Alam (ilmu Kimia, Ilmu Bintang, Ilmu Matematika, Ilmu Biologi)
Pertentangan antara penganut Maha Dewa Rah dengan penganut Law of Evolutin “Darwin”(Undang ketetapan jumlah benda), perbedaannya antara lain :
•    Penganut Maha Dewa Rah : Maha Dewa Rah mampu menciptakan bumi dan langit begitu cepatnya, hanya dengan mengumandangkan firmannya, maka jadilah sesuatu yang ingin diciptakannya.
•    Law Of Evolution : Hean dan manusia itu adalah hasil dari pertumbuhan yang lama (Undang Pertumbuhan), hasil pertumbuhan yang lama/ber-evolusi
Pertentangan antara penganut Maha Dewa Rah dengan The Law Of Conservation of Force “Joule” (Undang Ketetapan Jumlah Kodrat= Undang ini dipakai pada perseolan lampu, misalnya : buat menaikan panasnya 1 pond air dengan 1 derajat, perlu dipakai 772 feet-pounds/kaki pond, artinya  banyak kodrat yang dipakai untuk buat menaikan 772 pond satu kaki keatas)
•    Penganut Maha Dewa Rah : Maha Dewa Rah dapat menjadi apa saja karena mereka terkuasa tidak kentara.
•    The Law Of Conservation of Force : Zat yang ada itu terdiri dari Kodrat, ketika Zat itu mati maka Kodrat itu masuk kedalam Zat yang berbeda.
Undang Perpaduan (Dalton) = Undang Ketetapan Jumlah Kodrat(Joule =Dialektika Idealisme) dan Undang ketetapan Jumlah Benda(Darwin = Dialektika Matrealisme). Singkatnya Undang Perpaduan adalah  Benda asal harus ada lebih dahulu, baru benda yang ada didunia sekarang bisa pula.
Cara Klasik untuk melihat mana yang berkuasa Maha Dewa Rah atau Alam

1.    Dewa Rah lebih kuasa dari Alam dan Undangnya
Jutaan bimu dan bintang berjalan menurut undang yang pasti, ini sudah terbukti oleh undangnya newton, kalau undang alam yang dilukiskan oleh newton itu jatuh atau satu menit saja berhenti, maka kacau balaulah ilmu bumi dan bintangnya tadi, tetapi selama ilmu pasti lahir dan ahli ilmu-pasti memperhatikan jalannya bumi dan bintang ini, belum lah ada Maha Dewa Rah yang menahan Matahari naik atau mencegah matahari turun, pasti Dewa tidak akan bisa.

2.    Dewa Rah sama kuasa dengan Alam dan undangnya
Kalau begitu mengapa menyembah Maha Dewa Rah, sedangkan Maha Dewa Rah berada dialam kegaiban yang belum pasti keberadaannya, lebih pasti enyembah Alam yang sudah jelas keberadaannya dan nilai gunanya kepada manusia.

3.    Dewa Rah kurang Kuasa dari Alam dan undangnya
Jika yang ini benar, mana mungkin Maha Dewa Rah menciptakan Alam, dan ernyata Alam yang lebih berkuasa dari Maha Dewa Rah sendiri.

Gauthama Budha ahli filsafat Mistika yang terbesar, semenjak dunia ini diketahui ahli filsafat yang terbesar pengaruhnya dari ahli filsafat barat, Plato sampai Hegel. Gauthama Budha yang sudah mengakui bahwa Ruhnya sudah menyatu dengan Alam, sudah sampai kenirwana jika disesakkan oleh muridnya dengan pertanyaan, apakah roh alam itu sama dengan jiwa manusia? Terpaksa menjawab : pertanyaan itu salah
Artinya pertanyaan itu jangan ditanyakan, Ahli Budha sendiri pun tidak bisa menjawab, tiada pula kita heran jika ahli Mistika jaman sekarang, yang sebesar Mahatma Gandhi, apakah ahimsa itu maka sang Mahatma memakai cara menjawab yang oleh Ahli Logika Yunani dinamai Circulo in Finiendo, ialah berputaar-putar tak ada habis-habisnya, seperti menghesta kain sarung.

Artikel Menarik Lainnya



0 komentar:

Posting Komentar