Imperialisme Global

http://galih-aja1.blogspot.com/
Sudah hampir 67 tahun bangsa ini merdeka dari tangan penjajahan, namun hal yang cukup aneh dengan waktu yang cukup lama tersebut bangsa ini belum mampu menjadi bangsa yang makmur sejahtera sesuai dengan amanat UUD 1945. Jangankan untuk menjadi bangsa yang makmur dan sejahtera, untuk menentukan nasibnya sendiripun seakan-akan bangsa ini tidak mampu, hal ini terlihat dengan jelas ketika kita melihat diberbagai sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, mulai dari tatanan ekonomi,politik sampai budaya, seakan-akan bangsa yang merdeka hanya sebuah khiasan pelengkap puisi pengantar tidur.
Ketidakmampuan bangsa ini menentukan masa depanya sendiri sebenarnya bukan tanpa sebab, sadar ataupun tidak, sebenarnya bangsa ini telah masuk dalam jerat negera-negara Imperialis, Imperialisme sendiri merupakan paham yang dianut oleh negara-negara maju yang notabenya negara dengan modal melimpah yang ingin menjadikan bangsa-bangsa miskin menjadi pasar bagi barang-barang produksinya. Imperialisme mengandung arti ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untuk kepentingan diri sendiri/golongan, mengusai dalam hal kekuatan ekonomi,social,budaya samapai dengan ideology. Negara-negara penganut paham imperialis tidak perlu menguasi suatu banga/negara dengan cara menjajahnya dengan cara mengangkat senjata, mereka hanya perlu menguasai semua sector fital suatu bangsa/negara, sehingga secara otomatis negara tersebut akan menjadi boneka negara lain yang sewaktu-waktu bisa dipermainkan sesuai kehendak.
Melihat potensi yang dimiliki bangsa kita, hampir semua bangsa-bangsa  maju berlomba-lomba untuk menjadikan negara ini lahan basah untuk kepentinganya. Mulai dari kekayaan alam sampai dengan SDM yang melimpah ada di negara ini, tidak mengherankan jika bangsa-bangsa dengan paham imperialis selalu mengawasi gerak-gerik negara kita, mereka selalu menggunakan muka bersahabat dan berkamuflase menjadi sosok penolong ketika negara/bangsa kita tengah mengalami sebuah musibah, berbagai bantuan lunak maupun suntikan modal investasi senantiasa mereka sodorkan, bantuan lunak sendiri sebenarnya hanya kamuflase, dibalik itu mereka menginginkan hal yang lain, mulai dari dipermudahnya birokrasi untuk penanaman modal asing, sampai dengan penguasaan berbagai factor-faktor produksi fitalnegara ini, hal ini juga tidak jauh berbeda dengan maraknya suntikan modal investasi asing di negara ini, modal-modal yang pada hakekatnya ingin menjadikan manusia-manusia bangsa ini menjadi robot produksi mekanis, bagaimana tidak ?, dengan output produksi melimpah namun upah/bayaran yang diperoleh  oleh tenaga kerja kita sangat jauh dari kata layak,sehingga menempatkan tenaga kerja kita tidak lebih dari robot produksi yang pada saatnya nanti, ketika robot produksi tersebut sudah tidak produktif maka dengan sangat mudahnya akan dibuang begitu saja dan tidak perlu susah-susah untuk mencarai penggantinya karena SDM bangsa ini sangat melimpah.
Bukan hanya itu para kaum Imperalispun telah berhasil merubah paradigma masyarakat bangsa ini, dengan cara merubah gaya hidup mereka, masyarakat yang dahulu disebut masyarakat yang gemah ripah lohjinawi sekarang sudah berubah menjadi masyarkat yang sangat Konsumtif. Kondisi ini terlihat dengan semakin terhegemoninya produk-produk impor yang pada dasarnya sangat merugikan produk dalam negeri sendiri, masyarakat selalu berlomba-lomba utuk mengikuti produk impor tersebut tanpa memikirkan apakah produk tersebut memang benar-benar ia butuhkan, karena dalam mindset masyarakat  telah tertanam jika mereka memiliki produk import tersebut itu merupakan sebuah kebanggaan, dan lebih parahnya ketika paradigm masyarakat telah berubah,mereka merasa produk dalam negeri sebagai produk yang tidak berkualitas dan enggan untuk memilikinya apalagi untuk membanggakanya dihadapan bangsa lain.

             Semuanya semakin terlihat utopis jika kita melihat peran pemerintah yang seharusnya menjadi benteng awal dalam usaha menolak ataupun melawan masuknya bangsa-bangsa Imperialis ke dalam bangsa ini, namun benteng pembatas itupun tidak berjalan sesuai dengan peran dan fungsinya, ekspekatasi para pendiri bangsa yang mengingikan makna kemerdekaan sesungguhnya untuk bangsa inipun semakin tidak jelas unjungnya , bahkan kondisi  ini diperparah dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pernah berpihak kepada masyarakat, seakan-akan pemerintah telah menjadi kepanjangan tangan para keum Imperialis Modern. Keberhasilan bangsa-bangsa Imperalis dalam menguasai segala sendi-sendi kehidupan masyarakat membuata kita berfikir, apakah benar bangsa ini telah merdeka 67 tahun yang lalu ?,
Read More

KOMUNIS DAN PANCASILA

fdkm dan pancasila
Mantan Presiden Alm. Gus Dur pernah melontarkan gagasan untuk mencabut Tap XXV/MPRS/1966 tentang larangan atas penyebaran paham dan organisasi komunis di Indonesia.
Saya mencoba untuk menjelaskan bagaimana kedudukan paham komunis berhadapan dengan paham negara Pancasila. Untuk itu saya ajak pembaca mengawali dengan mencermati ciri-ciri pokok ajaran komunisme, kemudian ajaran Pancasila, Pancasila lawan komunisme, pentingnya studi tentang komunisme, dan bagaimana kita menyikapi komunisme.

Ciri pokok ajaran komunisme

Adapun ciri pokok pertama ajaran komunisme adalah sifatnya yang ateis, tidak mengimani Allah. Orang komunis menganggap Tuhan tidak ada, kalau ia berpikir Tuhan tidak ada. Akan tetapi, kalau ia berpikir Tuhan ada, jadilah Tuhan ada. Maka, keberadaan Tuhan terserah kepada manusia.
Ciri pokok kedua adalah sifatnya yang kurang menghargai manusia sebagai individu. Manusia itu seperti mesin. Kalau sudah tua, rusak, jadilah ia rongsokan tidak berguna seperti rongsokan mesin. Komunisme juga kurang menghargai individu, terbukti dari ajarannya yang tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi.
Komunisme mengajarkan teori perjuangan (pertentangan) kelas, misalnya proletariat melawan tuan tanah dan kapitalis. Pemerintah komunis di Rusia pada zaman Lenin pernah mengadakan pembersihan kaum kapitalis (1919-1921). Stalin pada tahun 1927, mengadakan pembersihan kaum feodal atau tuan tanah.
Salah satu doktrin komunis adalah the permanent atau continuous revolution (revolusi terus-menerus). Revolusi itu menjalar ke seluruh dunia. Maka, komunisme sering disebut go international.
Komunisme memang memprogramkan tercapainya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis tanpa kelas, semua orang sama. Namun, untuk menuju ke sana, ada fase diktator proletariat yang bertentangan dengan demokrasi. Salah satu pekerjaan diktator proletariat adalah membersihkan kelas-kelas lawan komunisme, khususnya tuan-tuan tanah dan kapitalis.
Dalam dunia politik, komunisme menganut sistem politik satu partai, yaitu partai komunis. Maka, ada Partai Komunis Uni Soviet, Partai Komunis Cina, PKI, dan Partai Komunis Vietnam, yang merupakan satu-satunya partai di negara bersangkutan. Jadi, di negara komunis tidak ada partai oposisi.
Jadi, komunisme itu pada dasarnya tidak menghormati HAM.

Ajaran Pancasila
Bagaimana halnya dengan Pancasila? Pancasila mengajarkan manusia untuk mengimani Allah, pencipta alam raya beserta isinya. Hidup manusia tergantung pada Allah. Ada juga kepercayaan tentang sangkan paraning dumadi (asal dan tujuan manusia). Orang meninggal ditanggapi dengan pernyataan dari Allah kembali kepada Allah, atau kembali ke rumah Bapa.
Pancasila mengajarkan penghargaan atas manusia sebagai pribadi. Manusia dihormati karena kodratnya sebagai manusia. Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Padanya terdapat budi yang luhur, yang bersedia memperlakukan orang lain dengan kasih sayang.
Pancasila, yang terdiri atas lima sila itu jelas menghormati HAM, yakni dari kebebasan beragama dan beribadah, kemanusiaan yang adil dan beradab, persaudaraan sesama bangsa, demokrasi dengan musyawarah, dan akhirnya keadilan sosial.
Pancasila mengajarkan cinta bangsa dan tanah air. Namun, hal itu diimbangi dengan cinta sesama manusia. Jadi, cinta bangsa dan tanah air itu ada dalam kerangka keluarga besar umat manusia. Maka, benarlah kata orang bahwa human kind is one (kemanusiaan itu satu).
Demokrasi Pancasila mengajarkan prinsip musyawarah dalam pengambilan keputusan, meski mungkin harus dengan pemungutan suara, karena tidak tercapainya mufakat.
Dalam usaha meningkatkan keadilan sosial, Pancasila bukan saja memperbolehkan, tetapi malahan mendorong, individu berperan secara proaktif dalam proses produksi. Maka, banyak perusahaan yang dimiliki oleh individu didirikan.
Pancasila tidak hanya mengajarkan kebahagiaan material, tetapi juga batin. Jadi, memburu mutu kehidupan yang berimbang: kebahagiaan dan ketenteraman lahir batin.
Pancasila lawan komunisme
Dengan mencermati ciri-ciri itu sudah dengan sendirinya tampak adanya pertentangan antara dasar filsafat dan ideologi Pancasila dengan komunisme. Jadi, antara Pancasila dan komunisme tidak mungkin dipersekutukan. Itu ibaratnya minyak dan air. Atau kucing dan anjing, yang tidak mungkin ditaruh dalam satu sangkar, karena pasti bertarung.
Namun, andaikata pemerintah akan memperbolehkan adanya `komunisme di Indonesia dengan mencabut Tap XXV/MPRS/1966, itu hanya sampai taraf hidup berdampingan di atas landasan dasar filsafat dan ideologi Pancasila.
Pengalaman sejarah menunjukkan, PKI pernah mengalami dan menerima Pancasila sebagai dasar filsafat dan ideologi negara, kemudian mbalelo (berkhianat). Pemerintah, pada tahun 1960-1965 meminta PKI agar memasukkan Pancasila ke dalam anggaran dasarnya. Karena itu, keberadaannya diakui. Bung Karno percaya, PKI mau menerima Pancasila secara lahir batin, sehingga ia berani mengajarkan prinsip persatuan Nasakom. Peristiwa G30S/PKI mengesankan PKI menipu presiden, para pembesar RI, dan rakyat yang bukan komunis.

Studi tentang komunisme
Kalau orang Indonesia sekarang ditanya mengapa saudara menentang komunisme, kemungkinan tidak dapat menjawab, kecuali mengatakan hal-hal klise, seperti komunisme itu ateistis, anti-ketuhanan. Atau, mungkin takut berbeda pendapat, padahal ia harus menyanyikan lagu yang sama, nyanyian "Anti-komunisme". Jadilah orang Indonesia naif karena menentang komunisme tanpa memahami perihal komunisme.
Supaya kita tidak naif, komunisme perlu dipelajari. Ia bukan momok (makhluk menakutkan, tetapi tidak berwujud). Sekolah-sekolah, setidaknya mulai SMU/SMK, perlu mengenalinya, bukan untuk menganutnya, tetapi untuk menolaknya secara sadar. Dengan mengenalinya kita justru memperkuat kedudukan Pancasila sebagai dasar filsafat negara. Dengan mengenalinya, kita tidak lagi dapat ditipu oleh orang-orang atau gerakan-gerakan komunis.

Jangan takut jangan terima

Ada trauma (ketakutan besar) terhadap PKI karena anggapan akan keganasannya dalam pemberontakan tahun 1948 dan 1965. Benarkah rakyat takut? Ataukah elite sosial-politik yang takut? Atau rakyat tanpa memahaminya dibuat takut oleh elite sosial-politik? Jika kita mengenali komunisme dengan baik, lengkap dengan kekuatan dan kelemahannya, kita tidak perlu takut berhadapan dengan komunisme. Pemahaman kita tentang komunisme akan menjadi suatu modal penting untuk menolak komunisme. Jadi jangan takut kepada komunisme, sekaligus jangan menerima komunisme.
Modal penting lain untuk menentang komunisme adalah kemakmuran rakyat. Komunisme memang sangat menarik rakyat jelata yang miskin. Hal itu bukan saja terlihat dan terasa dari propaganda ajarannya, tetapi juga karena tindakan-tindakan nyata untuk mencukupi kebutuhan material mereka.
Ambilah contoh RRC. Rakyat Cina berjumlah lebih dari 1,1 milyar. Kita tak pernah dengar kelaparan dan ketelanjangan di Cina. Karena komunisme di sana mampu memenuhi janji memakmurkan rayat; komunisme di Cina laku. Namun, supaya tetap laku, komunisme Cina mengalami liberalisasi. Secara fisik dapat mencermati busana pemimpin RRC sekarang, bukan jas tutup lagi seperti Mao Zedong dan Chou En Lai, melainkan jas buka seperti Bill Clinton atau Antony Blair.
Dalam bidang ajaran, RRC juga mengadakan liberalisasi, seperti merebaknya kebebasan beragama dan beribadah. Jadi komunisme asli tidak ada lagi.
Nah, selama negara dapat memakmurkan rakyat, rakyat/kita tak perlu takut akan bahaya laten komunisme. Sebaliknya, kita bahkan harus mampu menjinakkan komunisme menjadi "makhluk" baru yang bersahabat dengan kita yang bukan peng anut komunisme. Dunia kita bukan dunianya Stalin atau Leonid Breznev, bukan juga Mao Zedong dan Chou En Lai, bukan juga zamannya Musa dan Aidit, tetapi sudah zaman detente (pendekatan). Globalisasi tidak hanya menyangkut negara kapitalis, tetapi juga negara komunis dan negara non blok. Globalisasi itu membawa reformasi. Komunisme di Indonesia, kalau TAP XXV jadi dicabut, harus direformasi juga. Ia bukan saja menghormati HAM, tetapi lahir batin harus menjunjung tinggi Pancasila.
Semoga uraian ini menambah wawasan perihal komunisme dan bagaimana kita yang berpegang pada paham negara Pancasila menyikapi komunisme. -->
*) G Moedjanto, Sejarawan dan Dosen di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Read More

Terasingkan di Rumah Sendiri

Jadi manusia/masyarakat yang terasingkan merupakan hal yang tidak pernah diinginkan, apalagi merasa terasingkan di rumah sendiri/Negara sendiri,  jangankan untuk terasingkan, di anggap sebelah matapun kita tidak mengiginkan. Manusia diciptakan oleh sang pencipta dengan harkat dan martabat yang sama maka sudah selayaknya setiap insan manusia bersikap selayaknya seperti manusia, yakni saling menghargai,saling menghormati,saling mengasihi dan masih banyak prilaku lain yang mencerminkan bahwa kita ini memang manusia pada hakekatnya. Ketika manusia memiliki pola fikir seperti itu bukan tidak mungkin apa yang dicita-citakan masyarakat akan sangat mudah untuk dicapai, namun tidak demikian jika kita lihat realitas yang ada dalam masyarakat kini, banyak kelompok manusia yang notabennya adalah masyarakat di negeri ini, mereka merasa dianak tirikan dan dianggap sebelah mata bahkan terasingkan di negeri sendiri. Pernahkah anda melihat,mendengar atau bahkan menyaksikan dan merasakan menjadi  seorang manusia/orang yang terasingkan di neger sendiri,  dan semoga hal itu pun tidak pernah anda rasakan.
Terasingkan
Terasingkan di Rumah Sendiri
Read More

Potret Hitam Perdagangan Bebas

forum diskusi kaum minoritas

Globalisasi menjadi sebuah keniscayaan bagi seluruh Negara di dunia yang secara definitif memiliki makna adanya sebuah proses menuju peningkatan hubungan antara berbagai masyarakat di seluruh dunia. Jadi hubungan internasional yang menjunjung nilai-nilai sosial demokratis, kesetaraan, kesamaan hak dan distribusi   kesejahteraan dalam upaya peningkatan taraf hidup sebagai wujud transformasi masyarakat, itulah seharusnya yang menjadi orientasi dalam laju gerbong globalisasi. Namun kenyataan yang sangat paradoksal tumbuh seiing dengan kemunculan perdagangan bebas (Free Trade) sebagai aspek parsial dalam globalisasi itu sendiri, yang justru membawa semangat yang berbeda dan bertentangan dengan hakikat globalisasi dimana orientasi utamanya adalah peningkatan kekuatan dan pengaruh Negara-negara maju dunia melalui tangan-tangan korporasi transnasionalnya di seluruh dunia dengan ideologi konsumerisme dan etos pembangunan yang ditekankan sepenuhnya pada pengambilan keuntungan (akumulasi kapital).
Perdagangan bebas ini sejatinya hanyalah media Negara-negara ekonomi yang tangguh dalam memuluskan kepentingannya untuk memasarkan produk dalam negerinya keseluruh penjuru dunia dengan tanpa batas, tanpa proteksi, tidak adanya regulasi yang mengikat dan tanpa intervensi pemerintah sebuah Negara. Namun juga harus diingat bahwa selain perdagangan barang dan jasa yang bebas keluar masuk sebuah Negara serta investasi, tenaga kerja-pun nantinya juga menjadi bagian yang akan meramaikan pasar lokal. Bayangkan bagaimana jadinya kondisi mayoritas Negara di dunia yang masih miskin dan berkembang termasuk Indonesia tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam menghadapi ancaman perdagangan bebas ini. Bisa dipastikan berbagai pilar ekonomi lokal akan mati, hilang dan tersingkir dengan geliat investasi asing dan membanjirnya komoditi luar, belum lagi bagaimana harus menyelamatkan SDM yang masih harus ditingkatkan kualitasnya ketika harus bersaing dengan tenaga kerja luar yang tidak hanya menonjolkan kecerdasan namun juga good performance. Mungkin bagi mereka yang memiliki budaya konsumtif dan mempunyai kekuatan modal, perdagangan bebas ini menjadi surga yang indah. Tapi kita jangan sampai terjebak dengan jargon-jargon bahwa perdagangan bebas akan mampu meningkatkan lapangan pekerjaan ataupun slogan pembangunan infrastrktur dalam negeri, toh pada kenyataannya kita hanya akan dijadikan pengemis di atas tanah moyang kita, hanya akan menjadi orang asing dalam rumah sendiri karena semua yang berdiri megah di Indonesia nantinya bukannlah milik anak bangsa melainkan penjilat-penjilat benua biru (konstelasi Negara maju).
Read More

Perubahan


PERUBAHAN


Ketika perubahan merubah diri ini, maka kenangan yang akan menjadi parameter tersendiri.
Dimana dahulu lingkungan itu seperti anjing yang menggonggong dengan perkasanya,merebut wilayah dengan sekelompok orang yang tak berbelas kasih, menindas si lemah berteman dengan yang kuat. merasa bahagia diatas penindasan orang tak bernyali.

Dan sekarang makhluk di jasad ini sepertinnya dengan amat tenang dan berani melawan goresan pedang. hingga tak takut terasingkan asalkan idea ini selalu kubawa.

Maaf ibu, maaf bapak, maaf teman, maaf semuanya. mungkin kalian pikir ini arogansi. bagiku ini adalah jiwa yang membara, tak tahu sampai kapan akan padam. semua akan berjalan sesuai dengan waktunya, hingga pada akhirnya apakah kondisi yang bisa mengalahkan pemikiran ini, atau kematian yang akan mengalahkannya.

Berbahagialah bagi mereka yang belum tahu. Berjuanglah bagi mereka yang sedikit tahu.
Dan sial lah bagi mereka yang tidak pernah mau tahu. Karena semua ini hanyalah kemungkinan kemungkinan




By : Ramanda Ade Putra
Read More

Filsafat Ilmu Pengetahuan


FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN



Ilmu pengetahuan adalah satu nilai yang sudah konfrehensif, sistematis dan koheren bahkan sampai terkesan teorities jika kita ingin menganalisa lebih dalam, ilmu pengetahuan sudah menjadi satu kebutuhan bagi manusia. Mau tidak mau sebenarnya kita sudah dijejali ilmu pengetahuan dari sekolah dasar hingga perkuliahan, tetapi ilmu pengetahuan tidak hanya ada di bangku pendidikan saja, jika pandangan kita tentang ilmu pengetahuan hanya berorientasi pada akademik, maka pandangan kita masih terlalu sempit untuk mendefinisikan ilmu pengetahuan.
Dari aspek historis, ilmu-ilmu terapan sebenarnya jauh lebih tua dibandingkan dengn ilmu-ilmu apriori dan aposteriori. Penerapan tertua misalnya, seleksi antara tumbuhan dan hewan yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai obat (herbal), atau yang mengandung racun, pertukaran musim yang dapat dimamfaatkan bagi kebutuhan pertanian dll. Namun yang menjadikan suatu pengetahuan sebagai ilmiah bukannya pengetahuan itu dapat diterapkan, melainkan karena sifatnya sebagai hasil pemahaman secara teorities.
Pada abad 15 ilmu pengetahuan semakin matang. Penggabungan pola pikir apriori dan aposteriori yang menjadi metode ilmiah, dan disitulah asal muala jaman Renaisans dan Humanisme. Manusia dilihat sebagai pribadi individual dan yang berkuasa (dari aspek kesenian, politik, filsafat, agama, gerakan-gerakan anti agama, teknik, dll).
Bahkan ilmu pengetahuan tidak hanya bersifat kontemplatif dan teorities (Aristoteles), melainkan pertama tama mencari keuntungan dengan cara memperkuat kuasa manusia di bumi ini (Paham ini berkembang kuat di dunia barat)
Contohnya : Penemuan percetakan mempelancar perkembangan informasi dan penyebaran buku-buku pengetahuan, penemuan mesiu memperbesar kemungkinan memenangkan peperangan, dan penemuan kompas/radar memungkinkan manusia menrungi lautan.
Selain itu ilmu pengetahuan juga harus dipondasikan dengan filsafat, seperti salah satunya adalah moral, walaupun ilmu dan moral adalah dua bidang yang memiliki karakteristik berbeda dan kendati keduanya menyangkut pengetahuan yang dimiliki manusia.
Setiap ilmi pengetahuan memiliki paling kurang tiga komponen utama yang mendukungnya yaitu, ontologi (merupakan asas dalam menetapkan ruang lingkup yang menjadi objek telaah dan penafsiran tentang hakikat realitas dari objek telaah tersebut), epistemologi (asas tentang cara materi pengetahuan diperoleh dan dibentuk menjadi suatu tubuh pengetahuan, dan aksiologi (asas penggunaan pengetahuan yang telah diperoleh dalam tubuh pengetahuan.
Maka sangat jelas bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah natural atau tidak berpihak ke kubu positif maupun negatif, tetapi dengan pondasi pondasi falsafah seharusnya ilmu pengetahuan menjadi salah satu nilai yang positif bagi manusia, maupun ditinjau dari perspektif religius, sosial, kebudayaan, dll. Dan ilmu pengetahuan harus mampu mempunyai kejelasan kejelasan yang obyektif terhadap kebenaran realitas
  

Penulis : Ramanda Ade Putra
Read More

Krisis Kepercayaan

Dijaman yang boleh dibilang amburadul ini hampir semua orang merasakan krisi kepercayaan, mempercayai orang  sama saja kita menyerahkan keselamatan kita ke orang yang kita percaya, sungguh suatu keadaan yang cukup miris , di saat kita mengidam-idamkan suatu perubahan ke arah yang lebih baik justru semakin banyak orang yang merasa tidak ingin mempercayai orang lain, rasa saling curiga atar individu menjangakit dimana-mana, kepada siapakah kita harus percaya ???,  Perubahan akan sulit tercapai jika masing-masing individu menaruh rasa curiga ke orang lain diluar kelompok mereka, jangankan untuk saling percaya, untuk sejenak melupakan egois kita masing-masingpun kita masih sangat sulit, kita telah terjebak ke dalam belenggu dimensi egoisme, perubah akan tercapai  jika kita bersatu , behimpun ,berkumpul menguatkan basis untuk berjuang maraih perubahan, sejarah telah mencatat bahwa perubahan dapat terwujud jika semua element bersatu merenggut perubahan itu, tidak sedikit pengorbanan yang harus direlakan saat kita ingin mencapai suatu perubahan , mulai dari berkorban materi,waktu bahkan yang terekstrim berkorban jiwa dan raga demi tercapainya suatu perubahan yang sangat didambakan oleh semua kalangan  masyarakat.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 akhirnya perubahan yang telah lama diidamakan oleh bangsa ini tercapai juga, Masyarkat  dengan susah payah akhirnya dapat mencapai perubahan yang memang sangat didambakan dari sejak dahulu yakni perubahan nasib dari bangsa yang terjajah menjadi bangsa yang merdeka. Semua itu tidak didapat dengan Cuma-Cuma, butuh kemauan dan juga dukungan dari semua kalangan masyarakat, kondisi masyarakat yang sangat hetrogen pada waktu itu tidak menjadi hambatan dalam proses pencapaian perubahan yang diinginkan, semua masyarakat bersatu dan saling mempercayai satu sama lain, mereka percaya bahwa jika mereka bersatu tanpa ada rasa curiga dikalangan mereka, maka bukan menjadi sebuah keniscayaan jika perubahan ke arah yang lebih baik dapat tercapai, hasilnya pun seperti sekarang yakni bangsa ini telah menjadi bangsa yang bebas dan merdeka bukan lagi bangsa yang terjajah.
percaya
Jika di saat era kemerdekaan semua elemen masyarakat saling percaya satu sama lain namun lain hal dengan kondisi yang sekarang terjadi dimasyarakat, rasa saling percaya antar satu dengan yang lainya hampir  punah/hilang, rasa curiga antar individu semakin menjangkit  ke semua masyarakat, yang dipercaya hanya orang-orang yang berlatarbelakang sama denganya. Hal ini bukan tanpa sebab, coba kita bercermin sejenak, melihat ke sekeliling kita , betapa hal ini tidak terjadi jika individu kehilangan rasa kepercayaan ke individu yang lain bahkan kepada wakil-wakil mereka di pemerintahan, Mereka-mereka(Pemerintah) yang seharusnya dijadikan panutan oleh masyarakatnya saja bertidak tidak semestinya, mereka selalu mengumbar janji-janji manis ketika ingin mendapatkan dukungan tapi ketika mereka sudah menduduki jabatan yang didinginkan, mereka lupa akan janji-janjinya, dan akhirnya janji hanya menjadi janji kosong belaka. Perilaku mereka-merka yang menamakan diri wakil rakyat  sudah membuat rakyat kecewa, maka tidak heran jika masyrakat mengalami krisis kepercayaan kepada wakil-wakil mereka di dalam pemrintahan, jika kondisi ini tidak terselsaikan maka tidak menjadi hal yang aneh jika suatu saat masyarakat sudah tidak percaya sama sekali dengan apa yang dilakukan oleh mereka dan menginginkan adanya perubahan yang terbaru ( Revolusi ) demi kebaikan masyarakat. 
Read More