Bekasi(5/2)
— Gendering politik ditabuh, para petinggi mulai panas ketika kancah
perpolitikan RI akan memulai peradaban baru. Masyarakat mulai cerdas utamakan
kesejahteraan daripada plastic kosong petinggi Negara. Sejatinya politik, dan
gerakan pembaharuan oleh kaum Intelligentsi.
Tahun
politik milik Indonesia di 2014 ini, Pemilihan Umum untuk Lembaga Eksekutif dan
Legislatif akan digelar April tahun ini. Bakal calon dari partai kanan , kiri
dan ketengah mulai bentuk strategi jitu menangkan hati konstituen.
Metode
bukan hal yang menarik, namun dari segi politik masih bisa jadi perdebatan seru
dan menantang. Mulai dari suara-suara sayup angkat nama bakal calon , sampai
dengan pos-pos yang tersedia sampai pelosok desa buat menangkan nama terpampang
dalam poster. Ketika metode yang terlihat begitu apik dan terdengar amat
manisnya. Apa terbayang esensi yang dituju adalah kemenangan bukan kesejateraan
milik rakyat, namun ketika itu berjalan sinergis beriringan toh tak jadi
masalah.
Kisruh
sana sini, cari celah lawan untuk masuk menyerang. Hantam kanan kiri tak peduli
soal rakyat dan musibah yang menerjang. Indonesia dalam status siaga bencana
yang dipredksi banyak melanda negeri pertiwi, mulai Sinabung yang sudah
habiskan puluhan nyawa dan rumah serta harta benda, ibukota tenggelam akibat
banjir dan system penawar racunnya yang belum berjalan sampai manado yang luluh
lanta. Para petinggi masih saja bergeliat dengan perpolitikannya, Negeri ini
bukan hanya tentang politik, banyak yang terdampak akibat pola politik yang
kotor permainannya.
Politik
adalah hal yang biasa diperbincangkan diberbagai media. Tak peduli terbit pagi
hingga malam terbenam kembali, yang dipertontonkan lagi-lagi kasus korupsi para
petinggi , tak bertanggungjawabnya menteri , hingga perdebatan golongan dengan
piciknya mata penuh kepentingan.
Menurut
seorang filsuf terkenal Aristoteles sejatinya politik adalah menakar hubungan
antara manusia sebagai zoon politikon dan perkembangannya dalam pembentukan
sebuah negara (polis) dan sebuah konstitusi sebagai regulasi politik. Di sisi
lain, moralitas menjadi pandangan Aristoteles yang sangat penting dalam melihat
perkembangan politik . Politik merupakan
upaya penyuaraan untuk mencapai tujuan bersama . Proses pembentukan dalam
masyarakat untuk merebut atau mempertahankan. Strategi dan landasan pemikiran dan
system pemerintahan suatu Negara adalah penyesuaian penting dalam kancah
perpolitikan, bukan hanya bahasa dan mimic menarik yang diperadukan demi
popularitas. Tapi trust yang perlu dibangun
dengan kesesuaian antara refleksi hingga representasi pemikiran.
Ada
yang perlu digarisbawahi dari pandangan politis masyarakat ,politik Aristoteles
yang terhubung topic paragraph sebelumnya. Yaitu tentang bahasa politis dan
komunikasi sebagai sarana dalam tindakan politis. Sejauh ini, berdasarkan
sejarah manusia bahasa dan komunikasi politis menjadi hal yang menarik karena
merupakan kehkasan kebebasan individu yang dijamin oleh payung hukum. Dalam
ruang lingkup yang lebih banyak(masyarakat), bahasa politis menjadi bahasa yang
disampaikan berdasarakan kepentingan bersama dan kemajuan peradaban masyarakat
umum. Dengan logos sebagai
sarana, maka menurut Aristoteles percakapan tentang negara untuk menjadikan
kepentingan bersama sebagai cita-cita adalah sebuah keniscayaan.
Sayangnya,
banyak yang lupa dengan gagasan ini. Di setiap percakapan politik sekarang ini
tidak menekankan pada kepentingan bersama dan pluralitas. Bahasa politik
sekarang kadang-kadang malah menyebarkan syiar kebencian pada golongan yang
berbeda. Padahal demokrasi bukan berdasarkan penyatuan tetapi persatuan. Inilah
yang di sayangkan. Para politikus lupa pada esensi kebersamaan dan malah
kadang-kadang menggunakan konstitusi sebagai kepentingan dan alat golongannya
masing-masing.
Pemikir-pemikir pemuda , kaum intelligentsi banyak dapat
peran seharusnya, ketika diperlihatkan oleh realitas yang membosankan dan
mengerikan taringnya. Seindahnya, seorang mahasiswa tonggak negara, agen
perubah, agen pengkaji kebijakan dan penyambung lidah pemerintah dan rakyat
mulai tergerak hatinya lebih dalam ketika sayupnya teriakan kaum Intellgentsi
muda atas kelaliman dan penindasan. Suatu harapan terbentang, dari orde lama
runtuh karena peranan aktif kaum pemikir muda yang bersuara lantang, orde baru
runtuh karena kaum terpelajar bangkit dari ketertindasan, dan era-reformasi
tercapai sampai hari ini dengan distorsi dan gelap matanya, mengecilnya volume
teriakan kaum dengan jiwa penuh faham ideal.
Bangga
pada negeri sendiri adalah sangat niscaya terjadi ketika kita bergerak, kita
bersuara dan membongkar penindasan, kemiskinan, dan pembodohan. Banyak potensi
anak negeri ini, bidang politik khususnya. Negara demokrasi harus banyak
menyuarakan kedemokrasiaanya dari pada ke-oligarkiannya bahkan ke-tiraniannya. Negeri
ini bukan golongan, negeri ini persatuaan. Boleh colek kata “bhineka tunggal
ika” sebagai pengingat gerakan pembaharuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar