Dimulai dengan ada
beberapa orang yang mempunyai kesamaan prilaku dalam suatu wilayah, dan prilaku
dari beberapa orang itu berjalan dengan konsisten sehingga prilaku tersebut
menjadi kebiasaan, dan kebiasaan inipun mendominasi wilayah itu, sehingga kebiasaan
ini menjadi kebudayaan didalam suatu wilayah tersebut. namun setelah tumbuhnya
kebudayaan itu bermunculan asas-asas yang mengikat kebudayaan itu yang sering
sekali disebut dengan etiket, jadi etiket-etiket inilah yang bertujuan
untuk mempertahankan atau menjaga suatu kebudayaan didalam wilayah itu. Jadi
setiap masyarakat yang berada disuatu Negara, Wilayah, Kota, dan Desa bahkan
sampai dengan masyarakat Nomaden adalah masyarakat yang berbudaya dan memiliki
etiketnya masing-masing.
ETIKET
Etiket berbeda dengan
etika, etiket adalah suatu adat, kode etik, atau aturan sopan santun, etiket
akan bermunculan apabila peradaban didalam suatu wilayah/negara bejalan sesuai
dengan harapan masyarakat yang berada didalam wilayah/negara itu, tanpa
intervensi dari wilayah/negara lain.
Dan etiket akan
berjalan dengan baik apabila kebudayaannya berjalan dengan dinamis, bagaimana kebudayaan akan bejalan dengan
dinamis? Kebudayaan akan berjalan dengan dinamis apabila
masyarakat-masyarakatnya memiliki moral yang baik sehingga etiket ini dapat
dipatuhi oleh masyarakat yang berada didalam wilayah itu. Dan moral masarakat
akan berjalan dengan baik apabila setiap masyarakatnya memegang teguh akan
kedisiplinan batinnya,
sehingga masyarakat tersebut dapat mematuhi
segala etiket yang berada didalam suatu wilayah/negara itu
Bagi Plato etika adalah yang didasari dengan
pengetahuan, dan pengetahuan hanya mungkin akan diraih dengan akal budi, dan
pengetahuan-pengetahuan yang diserap itu harus sesuai dengan tiga sumber
kebenaran yaitu Agama, Filsafat, dan Ilmu
Pengetahuan, Maka dari itu Etika Plato sering disebut Etika Rasional.
Jadi dasar-dasar dari kebajikan dan kebaikan itu adalah Moralitas dan moral akan tumbuh
apabila seseorang itu mampu menyerap pengetahuan-pengetahuan yang berdasarkan
dengan tiga sumber kebenaran melalui akal budinya, dan mampu mensinergiskan
akal budi dengan prilakunya, sehingga pengetahuan yang diserapnya tidak menjadi
kotoran didalam pikiran, maka pengetahuan-pengetahuan yang diserap dan sudah
diyakininnya harus direpresentasikan melalui prilakunya.