Sudah hampir 67 tahun bangsa ini merdeka dari tangan penjajahan, namun hal yang cukup aneh dengan waktu yang cukup lama tersebut bangsa ini belum mampu menjadi bangsa yang makmur sejahtera sesuai dengan amanat UUD 1945. Jangankan untuk menjadi bangsa yang makmur dan sejahtera, untuk menentukan nasibnya sendiripun seakan-akan bangsa ini tidak mampu, hal ini terlihat dengan jelas ketika kita melihat diberbagai sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, mulai dari tatanan ekonomi,politik sampai budaya, seakan-akan bangsa yang merdeka hanya sebuah khiasan pelengkap puisi pengantar tidur.
Ketidakmampuan bangsa ini menentukan masa depanya sendiri sebenarnya bukan tanpa sebab, sadar ataupun tidak, sebenarnya bangsa ini telah masuk dalam jerat negera-negara Imperialis, Imperialisme sendiri merupakan paham yang dianut oleh negara-negara maju yang notabenya negara dengan modal melimpah yang ingin menjadikan bangsa-bangsa miskin menjadi pasar bagi barang-barang produksinya. Imperialisme mengandung arti ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan) seluruh dunia untuk kepentingan diri sendiri/golongan, mengusai dalam hal kekuatan ekonomi,social,budaya samapai dengan ideology. Negara-negara penganut paham imperialis tidak perlu menguasi suatu banga/negara dengan cara menjajahnya dengan cara mengangkat senjata, mereka hanya perlu menguasai semua sector fital suatu bangsa/negara, sehingga secara otomatis negara tersebut akan menjadi boneka negara lain yang sewaktu-waktu bisa dipermainkan sesuai kehendak.
Melihat potensi yang dimiliki bangsa kita, hampir semua bangsa-bangsa maju berlomba-lomba untuk menjadikan negara ini lahan basah untuk kepentinganya. Mulai dari kekayaan alam sampai dengan SDM yang melimpah ada di negara ini, tidak mengherankan jika bangsa-bangsa dengan paham imperialis selalu mengawasi gerak-gerik negara kita, mereka selalu menggunakan muka bersahabat dan berkamuflase menjadi sosok penolong ketika negara/bangsa kita tengah mengalami sebuah musibah, berbagai bantuan lunak maupun suntikan modal investasi senantiasa mereka sodorkan, bantuan lunak sendiri sebenarnya hanya kamuflase, dibalik itu mereka menginginkan hal yang lain, mulai dari dipermudahnya birokrasi untuk penanaman modal asing, sampai dengan penguasaan berbagai factor-faktor produksi fitalnegara ini, hal ini juga tidak jauh berbeda dengan maraknya suntikan modal investasi asing di negara ini, modal-modal yang pada hakekatnya ingin menjadikan manusia-manusia bangsa ini menjadi robot produksi mekanis, bagaimana tidak ?, dengan output produksi melimpah namun upah/bayaran yang diperoleh oleh tenaga kerja kita sangat jauh dari kata layak,sehingga menempatkan tenaga kerja kita tidak lebih dari robot produksi yang pada saatnya nanti, ketika robot produksi tersebut sudah tidak produktif maka dengan sangat mudahnya akan dibuang begitu saja dan tidak perlu susah-susah untuk mencarai penggantinya karena SDM bangsa ini sangat melimpah.
Bukan hanya itu para kaum Imperalispun telah berhasil merubah paradigma masyarakat bangsa ini, dengan cara merubah gaya hidup mereka, masyarakat yang dahulu disebut masyarakat yang gemah ripah lohjinawi sekarang sudah berubah menjadi masyarkat yang sangat Konsumtif. Kondisi ini terlihat dengan semakin terhegemoninya produk-produk impor yang pada dasarnya sangat merugikan produk dalam negeri sendiri, masyarakat selalu berlomba-lomba utuk mengikuti produk impor tersebut tanpa memikirkan apakah produk tersebut memang benar-benar ia butuhkan, karena dalam mindset masyarakat telah tertanam jika mereka memiliki produk import tersebut itu merupakan sebuah kebanggaan, dan lebih parahnya ketika paradigm masyarakat telah berubah,mereka merasa produk dalam negeri sebagai produk yang tidak berkualitas dan enggan untuk memilikinya apalagi untuk membanggakanya dihadapan bangsa lain.
Semuanya semakin terlihat utopis jika kita melihat peran pemerintah yang seharusnya menjadi benteng awal dalam usaha menolak ataupun melawan masuknya bangsa-bangsa Imperialis ke dalam bangsa ini, namun benteng pembatas itupun tidak berjalan sesuai dengan peran dan fungsinya, ekspekatasi para pendiri bangsa yang mengingikan makna kemerdekaan sesungguhnya untuk bangsa inipun semakin tidak jelas unjungnya , bahkan kondisi ini diperparah dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pernah berpihak kepada masyarakat, seakan-akan pemerintah telah menjadi kepanjangan tangan para keum Imperialis Modern. Keberhasilan bangsa-bangsa Imperalis dalam menguasai segala sendi-sendi kehidupan masyarakat membuata kita berfikir, apakah benar bangsa ini telah merdeka 67 tahun yang lalu ?,